WARNA WARNI TRIP AMBON

Mulyadi sang pemanah

Kota Ambon spertinya tak bersahabat dengan ku. Saat pergi aku di tipu oknum taksi bandara, nah pulangnya, aku berjumpa sopir taksi langganan Ko Paulus. Intial nya "I" hanya 5 huruf namanya, ramah dan baik tampak luar. Namun siapa sangka akhir tripku di Ambon jadi super BT gara-gara keteledoran ku dan si I tak mau bertanggungjawab <(-__-)>""""
Berawal dari Ko Paulus, yang bilang : "Aris, kalau mau ke ambon, minta antar pak "I" saja, dari laha ke ambon bayar Rp. 200.000,-, nanti saya call pak "i" nya agar jemput jam 8 pagi di Patra". Senang hati aku meng"IYA"kan, aku pikir, Pak "I" orang yang menyenangkan setelelah sehari sebelumnya aku, Paulus dan John menggunakan jasanya Pak "I" untuk menjemput kami di Dermaga Yos sudarso lantas mengantar ke penginapan Patra di Laha.Sebetulnya, waktu turun dari kapal sudah kelihatan gelagat Malasnya, pak I , janji menjemput di dermaga Yos Sudarso, yang ada kami penumpang mala di suruh berjalan menyampiri mobilnya yang pakir di  lokasi gong perdamain, olalalalala...<#__#>""", dan itu sungguh perjalanan terberat lebih berat dari pada mendaki gunung api Banda. Panas, bawa tas ransel super berat dan berdesakan diantara lautan manusia,,,sungguh perjuangan tiada akhir untuk trip Banda Naira.

Sebetulnya waktu ku tinggal sehari lagi di Ambon, namun bila menginap di Laha yang jauh dari peradaban, terutama sulitnya mendapatkan makanan yang layak, membuat aku memutuskan bermalam di kota Ambon, walau pagi jam 6.30 wita aku harus check-out menuju bandara. Pukul 8.30 wita kami, aku dan pak I menuju Kota Ambon, di perjalanan dia tanya, Mbak mau mampir kemana? maunya aku si ke Tanjung setan dan pantai liang. Namun dia bilang itu agak jauh bagaimana kalau kita snorkling di pantai Tial, Coral dan ikannya sama bagusnya. begitu tuturnya. Aku pun menyetujui usul tersebut. 1 jam berlalu kami pun sampai di pantai Tial, yang menurut ku sepanjang perjalanan, perdesaan di Ambon ini sangat mirip dengan pulau kelahiran ku Bangka tempo Doeloe. Pohon jambu air yang banyak terdapat di halaman penduduk, membuat aku ingin memetik buahnya yang ranum mengoda iman. Perkampungan kristen tampak meriah maklum lagi natalan, setiap rumah bahkan sepanjang jalan berhiaskan lampu warna warni, cantik dan menarik.  Terunik dari semuanya adalah di beberapa rumah, terdapat 4 buah salon/loudspeaker segede gaban menghiasi beranda plus dengan suara menggelegar bak ada pesta nikahan saja. (*_*)
pantai tial
Pantai tial sendiri sebuah pantai yang masih perawan bersih dan belum terjamah, pohon kelapa hijau rapat di bibir pantai. Karang karang menjorok ke laut, air laut di kala musim barat setenang di danau, namun dikala musim timur gelombang bisa mencapai 2 - 4 meter.hhhmmmmm tenang dan menghanyutkan.
Tak sabar hati aku bergegas berganti  rupa, menggunakan perlengkapan snorkling ku. Pak I bilang kita kan di temani Mulyadi sang pemanah ikan, doi sangat mahir dan kuat berlama-lama di dalam air. Indah?? Menakjubkan?? Surga bawah laut??? putar sana-sini, tak kujumpai keindahan taman laut. miskin terumbu karang kalau ada juga hanya satu dua di kedalaman 10 meter lebih. Ikan??? hmmmmm jauh dari banyak paling berkisar puluhan. Sedih, kecewa???? pasti, namun haus tetap dinikmati?? Yang buat hati nano nano adalah melihat Mulyadi cowok berusia 18 tahun memanah ikan,,,mau nangis IYA, mau teriak bilang GA BOLEH,,dilema, takjub dan kagum juga IYA...hikss aku menjadi manusia paling ga punya penderian. 
Mata pencarian Mulyadi dan keluarga besarnya adalah memanah ikan, hasil jerih payah kaum laki-laki di keluarga ini lah untuk menyambung hidup. Bagaimana mungkin aku bilang TIDAK dan hasil panah Mulyadi lah buat makan sarapan pagi juga makan siang ku. Beruntung Mul mau mendengarku saat tangkapannya sudah 3 ekor ikan seberat 1 kg lebih, aku bilang sudah cukup saja,,,(dalam hati aku teriak, jangan menambah beban berat ku...).

Menu makan siang atau tepatnya, siang juga pagi ku adalah ikan bakar sambal colo-colo ala keluarganya Mulyadi, MAKYUSSSSSSSS tingkat Dewa mabuk. Ikannya tak di ragukan lagi tanpa bumbu dapur namun manis, gurih dan menyayat hati, secara aku sangat jelas melihat Mul memanah ikan dan menusuknya. Terlebih yang di panah adalah si cantik nan menawan ikan kakak tua <(-_-)>""""", ikan kerapu tikus yang dagingnya paling lembut bak es krim walls, ikan baronang. 3 jam menghabiskan waktu di pantai Tial, tak tersasa mentari semakin naik ke atas kepala. Saat nya untuk menuju kota ambon, janji bertemu Aldi menanti didepanku.  Terkaget-kaget aku di buat nya tarif dari Laha-Tial-Ambon yang di minta pak I sungguh di luar ekspetasi ku, RP.500.000,-...GILAAAAa, namun ntah kenapa aku tak protes, aku hanya bete dalam hati saja. berat aku membayar jasa 500rb nya. Tak lama kemudian Pak I meminta peralatan snorkling ku masker dan snorkel scubapro,,,HALAAAAAA, ini orang, uda minta bayaran mahal selangit tujuh minta lebih pula. Tegas aku bilang "Maaf Pak, itu masker dan snorkiling punya adik ku".  Lantas dia bialang : " Kan bisa beli lagi mbak?"...Hmmmmm seanak udelmu, dia pikir beli itu pake daun kali ( dalam hati aku sewot berat).
dengan menahan emosi aku bilang "Maaf, GA BISA!" sedikit ketus rasanya.

Jam 2.00 wita aku pun sampai di hotel Amaris Ambon, seteah basa-basi aku pamit sama Pak Iwan, yang memaksa ku untuk menggunakan jasa nya, untuk mengantarku ke bandara Patimura. jelas aku tolak, terlihat dia sangat kecewa. 30 menit kemudian baru aku sadar topi dan jaket ku, tertinggal di mobilnya,,,,arggggghh. Itu jaket baru saja di beli <#__#>"". Saat dia call , di bilang memang ada jaket dan topi, yang akan diantar saat aku di bandara besok paginya, Namun sampai detik ini, 2 maret 2014 jaket dan topi ku tak juga di kirim, janjinya hanya janji belaka, sms dan telpon pun tak pernah di balas..Hikmahnya aku harus ikhlas dan ikhlas lagi walau jaket nya baru bahkan belum sempat di cuci. Dan topi penuh sejarah...teman ngebolang selama 3 tahun. Selain harus ikhlas, hikmah apa yang mesti aku ambil??? Teledor ku pastinya, rasa percaya yang tinggi pada orang asing ku??...3 hal kelemahan ku,,,yang sulit  hilang dari diriku.

Sepanjang sore yang gerah di kota Ambon, aku habiskan mengunjungi, gong perdamain, mohon maaf unuk warga Ambon, aku masuk ke wilayah ini dengan meloncati pagar. Maklum uda dua kali ke sini namun sang penjaga selalu tak berada di posnya, stttt dengan sedikit nakal aku dan Aldi meloncati pagar. Monumen Patimura yang Gagah berani, Monumen Christina di komplek gedung DPRD kota Ambon, terbersit kagum juga iri melihat patung Christina yang Cantik nan gagah berani menatap nanar teluk Ambon yang harus segera di selamatkan dari sampah. Melihat belut raksasa di Wai dengan iringan musik rege yang menggelegar dan kagum akan kejernihan airnya serta ibu-ibu yang asik mencuci tanpa kwatir di gigit belut. Menikmati rujak sambil menatap senja di pantai Natsepa, senja selalu romantis. Tak lupa ditutup dengan makan malam di RM. Ratuh Gurih dengan menu yang super duper Spesial Kepiting telur asin dan tumis daun pepaya,,luar biasa JUARAAAA plus es jeruk nipis nya, sama persis rasanya dengan yang di Bangka-Belitung.

Berat hati meninggal kota Musik Ambon, walau tak seramah yang aku harapkan namun Ambon mengingatkan pada pulau kelahiranku, dan terlebih niat ke pantai Ora belum kesampain...Semoga Sang Maha Pemberi rejeki berkenan mengabulkan doa ku, untuk balik ke Kepulaun Maluku, AMIN. (*_*)



Senja Pantai natsepa


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURUG TUJUH SUBANG

CATALINA Si Angggun yang Tertidur Di Birunya Perairan Biak Papua

CATATAN KECIL FESTIVAL TANJUNG WAKA SANANA MALUKU UTARA