LEMBAH HIJAU NAN EKSOTIS WAEREBO


Desa adat Waerebo dengan 7 Niangnya
WAEREBO cukup mengetik kata itu di mesin pencari om Google ,, maka ribuan halaman akan muncul di layar Gadget anda Sahabat pejalan. Baik tulisan maupun gambar... dan yakinlah apa yang sahabat baca tentang keindahan,kedamaian dan keramahtamahan masyarakat adat WAEREBO benar adanya. 
Sebuah suku anak dalam di pegunungan daratan Flores NTT, seperti suku Badui, namun mereka menerima teknologi, seperti penerangan, Camera dan mesin pemotong rumput. Jika suku anak dalam Badui hal tersebut tentu tak akan bisa tersentu di desa adat nya. Adanya suku anak dalam ini, menjadi pilar utama penjaga kelestarian alam dan culture budaya, bisa di katakan pasukan khusus penjaga kekayaan Peninggalan leluhur. Kita generasi moderen patut mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kepala adat dan warganya,, karena mereka lah kita bisa menikmati betapa Megah nya, betapa damai nya dan Arifnya kehidupan yang bersahabat dengan alam.  Trip WAEREBO kali ini penuh hikmah sari kehidupan yang bisa di bagikan di blog acak kadut ku ini.
Sawah dengan pola jaring laba-laba

Perjalanan menuju WAEREBO harus mempersiapkan fisik yang prima dan semangat menyala-nyala pantang menyerah, maklum 3 bukit dengan tanjakan super mendaki yang harus ditaklukan. Berawal dari Bandung maklum domisili di Bandung ,, bersiaplah menghadapi macet nya Jakartta. Karena tidak mau ketinggalan pesawat untuk ke sekian kalinya dan bikin bangkrut tabungan, aku putuskan estimasi dari Bandung ke bandara soeta 7 jam walhasil aku jamuran di terminal 3 ultimate yang super kece walau belum rampung 100% namun Bangga akan Karya nyata anak bangsa.
Penerbangan Jakarta Bali Labuan BAJO dimulai pukul  9 malam sampai di Bali jam 1 malam seharusnya jam 11 malam, namun karena delay jadinya aku merasakan jua tidur di bangku besi keras berteman kan semilir angin musim panas yang menusuk tulang,,,Karena bandara Ngura Rai Bali, tidak buka 24 jam.  nasib penumpang transit seperti ku terpaksa menanti di pintu masuk terminal keberangkatan  beruntungnya bandara Ngurah Rai itu Kece dan bersih abis...walau harus tidur di bangku keras pun masih nyaman dan aman.


Jam 4 dini hari barulah kami para gelandangan bandara di perbolehkan masuk ke terminal keberangkatan., tak terkira bahagia nya,, maklum interior bandara keberangkatan bandara Ngura Rai Bali itu bikin betah dan kalau gak kuat iman bikin dompet kosong melompong.😅. 3 jam di dalam terminal ini aku habiskan 500 ribu untuk beli ole-ole dan buku teman perjalanan yang paling setia. Pukul  07.25 lanjut terbang lagi dengan Garuda Eksplore membawa ku menjelajah langit daratan Bali , Lombok,  Sumbawa, Sumba dan Flores. View yang di sajikan luar biasa indah, SPECTAKULER cetar Membahana..Berjuta syukur hidup di Bumi Pertiwi Indonesia yang alamnya cantik luar biasa.
5 menit lepas landas dari bandara Ngurah Rai  gunung Agung dengan gagah berani mencuat di antara arakan putih nan lembut. Sungguh Dasyat ciptaan Nya. Belum habis untaian zikir syukur 3 gili pun tersenyum riang menyapa pagi, terawangan, Meno dan air, 2 menit berselang Gunung Rinjani dengan angkuh, tersenyum hangat menyapa kami,,, WOW puncak rinjani sobat,, jelas teramat jelas coklat kelam bersahaja penuh wibawa. Mata ini tak mau lepas akan pesona ketampanan dan kegagahan rinjani , sedih rasanya saat rinjani berlalu di belakang kami. Tak lama berselang gili kondo tersenyum imut membuka kenangan 5,tahun silam saat aku mengitari pulau kecil penuh cinta. Dataran NTB pun tak kalah eksotiknya, pulau berbentuk ular, realief Pegunungannya sungguh Memukau. Kejutan terbesarnya adalah melihat gunung Tambora, gunung api terbesar di jamannya, bahkan ledakan ya mengalahkan Ledakan gunung Krakatau. Ledakan Tambora bikin semua daratan Eropa gelap dan dingin selama bertahun- tahun,akibat abu yang menutup angkasa. belum lagi ratusan ribu jiwa melayang dan ratusan suku adat yang hilang,,, sungguh Maha Dasyat ciptaannya. kawah Tambora begitu lebar, terbesit seuntai doa agar bisa berdiri tegak di puncaknya suatu saat nanti.😇😇
Selepas Tambora pastinya Daratan Flores, dimana rumahnya WAEREBO,Komodo, dan danau Kalimutu 3 warna.  Kesuma tempat ini mendunia akan kecantikan dan eksotisme nya. Harapan ku agar Garuda Eksplore yang membawa ku terbang landed dulu di Ende agar kami melewati danau Kalimutu alias 3 warna, hehehehe dasar manusa, tidak  pernah puas uda di kasih bonus super,  mau yang lebih.
Sungguh Allah maha baik, perjalanan saat libur Kemaren ke Lombak bikin kecewa gara- dapat tempat duduk yang tidak  strategis, jadinya Boring tingkat dewa. Namun kali ini Sang Maha Pencipta membayar nya dengan tuntas, plus bonus istimewa tak tergantikan dengan apapun.

Bandara komodo kinclong abis beda jauh dengan 5 tahun silam, moderen dan bersih. Pak John Lewar kontributor metro TV, beliau ku kenal 5 tahun silam saat sailing  5h4n  di pulau Kelor, kala itu aku masih belajar snorkling bahkan berenang pun tak bisa.  Progres 5 tahun ini luar biasa kemampuan ku. sahabat bila ada kemauan dan niat yang kuat, ga  ada yang tidak mustahil, semua pasti bisa. Semua berawal dari mimpi.  Selepas basa basi dengan Pak John kami ber tiga pun melaju membelah trans Flores menuju Denge pos terakhir sebelum tracking panjang penuh semangat juang menuju Wairebo.

Trans Flores Emang  bikin mata menghijau, kiri kanan viewnya keren abis pegunungan, hutan hijau rapat, hamparan sawah  dengan pola sarang laba-laba, belum lagi hamparan samudra biru dikejauhan ,,, uniknya pulau-pulau kecil di kejauhan berupa gundukan tanah coklat  yang mulai menguning ke panggang matahari Flores yang memang aduhai panasnya. Di luar semua keindahan alam  Flores yang indah tiada tara, jalan yang meliuk liuk, mulus  di awal dan  bergejolak di akhir, sukses bikin mual walau tidak sampai muntah.  Hal paling menarik dari trans Flores ini adalah garis panjang pantai Ireng sebuah pantai berbatu dengan deburan ombak yang lumayan besar,  bertemu dengan air sungai yang jernih dan dingin..dimana tutupan pantainya didominasi bebatuan (mirip pantai sarang burung di Sabang Aceh). Kecantikan pantai Ireng gak hanya sampai disini, latar belakang pulau Mules, yang hijau lumut dengan bentuk yang unik, semakin menyempurnakan pemadangan yang memang sudah luar biasa Sempurna.

Setelah 7 jam yang warna warni ceria sampai warna warna suram, akhirnya jelang matahari condong ke barat  sampai juga di Denge Homestay satu-satunya di kaki gunung WAEREBO . Semua kamar Full begitulah kata penjaga Homestay. Akhirnya kami putuskan jam 5.30 naik ke atas, walau sinar mentari mulai berpamitan menuju peraduannya.  Tak hanya kami saja aku, om John dan Pak Herman poter kami,  menjelang malam ini yang nekat tracking ke atas. Rombongan kalpores Ntt dan kepala Bin membuat jantung ku berdetak normal, kata om John sich walau jalan malam bermodalkan satu senter yang hanya di pegang Pak Herman, kita dipastikan aman, rombongan yang di depan kita adalah orang-orang penting dan pasti tingkat keamananya sudah terjamin.

Dari Homestay kasih ibu, kami masih diantar Pak Kris memakai mobil sampai di jembatan rusak 1 (ada 2 jembatan yang rusak), dari jembatan 1 menggunakan ojeg dengan tarif Rp. 30.000,- ke jembatan 2. Jalan yang dilalui memang beraspal dan berkerikil, 3 tanjakan nan curam hanya 5 menit di tempuh dengan motor, namun bila dengan berjalan kaki hampir 30 menit yang harus aku habiskan utunk menempuh turunannya ditambah sengatan matahari bikin cedera lutut kambuh, dan berdenyut penuh kemesraan. (saat turun dari Wairebo aku memilih jalan kaki dari pada naik ojeg). Sesampai di Jembatan 2, alias pos Satu, di sini lah awal pendakian yang damai dan titik semangat juang dimulai. Di pos ini juga ada sewa tongkat seharga Rp.10.000,-. Beruntung aku menemukan tongkat diperjalanan, manfaat tongkat ini sangat banyak sobat, perjalan yang mendaki terus, dengan jalan setapak, di sisi kiri adalah jurang, terlebih perjalanan malam sangat membantu ku melangkahkan kaki setapak demi setapak  menaklukan 3 bukit yang harus dilalui. Perjalanan malam mendaki Wairebo membuat dejavu akan jurit malam puluhan tahun silam aku sering melakukan kegiatan ini yang dilaksanakan oleh pramuka smp atau sma ku dahulu kala. Perjalanan yang kami tempuh 2,5 jam untuk sampai  di lembah penuh kedamaian.

Kerlip lampu listrik yang temaram dan turunan maenandakan kami sampai juah di Waerebo..ALHAMDULILLAH,,sungguh gak percaya aku mampu berjalan kaki mendaki bukit yang terjal, dikala, badan masih sempoyongan, turun dari pesawat, lanjut Denge, 7 jam, tanpa istirahat langsung mendaki Wairebo 2,5 jam. Lagi dan lagi Nikmat Mu yang manakah kan ku dustai?. Sesampai di Wairebo hal yang pertama yang harus dilakukan adalah langsung ke rumah Tetua adat, di rumah ini kita di sambut secara resmi, dianggap sebagai anak Waerebo, kita boleh beraktifitas, mengambil photo, vidio, intinya berbaur dengan masyarakat sekitar. 10 Menit Wejangan dan sambutan hangat kepala adat menerima tamu-tamunya, tak lama kemudian kami diantar ke rumah khusus tamu menginap, namun jika tamu Waerebo banyak, kita bisa menginap di rumah ketua adat. Rumah adat khas Waerebo, berbentuk Kerucut segitiga (bisa dilihat diphotonya ya Sobat) hanya ada dan hanya boleh 7 rumah yang berdiri megah di lembah Hijau ini. setiap bangun punya nama dan tingkatan sendiri.. Setiap rumah diisi oleh 10 kamar yang di huni 10 Kepala keluarga. Rumah-rumah adat ini mereka menyebutnya NIANG, ketujuh Niang tersebut :
1. Niang Gena Mandok
2. Niang Gena Jekong
3. Niang Gena ndorom
4. Niang Gena Gendang(Rumah Kepala Suku, tempat penerimaan tamu)
5. Niang Gena Pirung
6. Niang Gena Jintam
7. Niang Gena Maro ( Rumah dimana tamu tidur)
Di Tengah Niang, tepatnya dimuka Niang gena Gendam terdapat Compang, sebuah meja batu, tempat upacara besar diadakan. Di samping compang terdapat kuburun Raja Waerebo yang pertama.  Kita dilarang melakukan aktifitas di area Compang ini, karena area ini adalah area yang disucikan  secara adat.

Niang-niang ini sangat kokoh walau materialnya berupa kayu, bambu, ijuk namun umur bangunannya mencapai ratusan tahun,,sekali lagi bersyukur, kepala adat dan warganya tetap menjaga keutuhan, kelestarian bangunan dan ajaran leluhurnya.Faktanya sahabat, merawat rumah adat ini tidaklah murah kata Pak Alex (ketua Suku Waerebo) satu Niang membutuhkan sekitar 250juta untuk biaya perawatannya. Maka kalau kiaa dikenai biaya menginap di waerebo Rp. 325.000,-/malam include 2x makan itu udah sangat murah Sahabat. Fasilitas kamar tidur bersama nyaman, kasur kapuk dengan bungkus anyaman tikar pandan, dan selimut tebal harum pewangi pakain mengantar kita untuk dibuai mimpi menjadi warga waerebo sesungguhnya.

Aktifitas selama di Waerebo, selain bercengkrama dengan masyarkat ekitar sembari jepret sana sini, maklum Waerebo dikala pagi Begitu CANTIK, bak bunga yang sedang mekar. Hanya Sekedar duduk Manis di pun kita bisa meraskan damainya aktifitas warga yang menjemur kopi, menumbuk padi, atau hanya sekedar menghirup hawa pegunungan yang sejuk. Menonton anak-anak berlarian pun bikin hati damai tiada tara. Bila ingin memberi permen atau makanan keenak-anak nan cute ini mintalah ijin ke orang tua mereka terlebih dahulu. (hehehe itu salah satu point yang harus di patuhi pengunjung). Di Niang Gena Maro, tersedia kios Souvenir, di sini dijual aneka sarung khas waerebo dengan harga berkisar 450.000-500.000 untuk satu sarung tenun. Gelang, kalung, kopi. Beli ya Sobat, hitung-hitung membantu perekonomian masyarkat lokal. Dan jangan lupa gunakan jasa poter bila mau mendaki Waerebo, hanya 350 ribu. Satu lagi please sahabat pejalan jangn membuang sampah plastik di sepanjang jalan menuju waerebo ya, sayangi alam kita, sayang anak cucu kita. Walau tidak terdapat tempat sampah di sepanjang jalan , tolong simpan bekas aqua, biskuit atau kantong kresek di tas masin-masing.

Walau singkat kunjungan aku ke waerebo, namun kesederhanaan, keramahtamahan, kekeluargaan, kebersahajaan, dan cara hidup dengan alam buat hati ini ingin menangis, nilai-nilai tersebut mulai terkikis di kalbu ku...sibuknya kehidupan kota, yang berorientasi pada uang dan uang, bikin lupa, di kiri kanan ku ada tetangga yang perlu disapa. Jujur jam kerja yang super panjang buat aku lupa senyum...Semoga Nilai-nilai positif Waerebo melekat dan dilaksanak sesampai di Bandung.

.
bersama Pak Alex ketua Adat Waerebo






Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURUG TUJUH SUBANG

CATALINA Si Angggun yang Tertidur Di Birunya Perairan Biak Papua

CATATAN KECIL FESTIVAL TANJUNG WAKA SANANA MALUKU UTARA