CATATAN KECIL FESTIVAL TANJUNG WAKA SANANA MALUKU UTARA


Festival Tanjung Waka Sanana Desember 2018 photo cridit by GENPIKepulauan Sula


                Tak banyak yang mengenal Tanjung Waka, maklum ini adalah daerah pemekaran baru yang terletak di desa Fatkayon, Kecamatan Sulabesi Timur, pulau Sulabesi Kepulauan Sula Maluku Utara. Sebuah pulau terletak paling selatan diantara gugusan pulau Maluku Utara, tepatnya di laut Banda. Secara Geografis pulau Sulabesi ini lebih dekat ke Luwuk Sulawesi Tengah. Pintu gerbang untuk menjangkau surga nan eksotis ini bisa melalui Kapal laut atau pesawat melalui Ternate atau Ambon. Pesawat yang melayani rute Ternate-Sanana-Ternate atau Ambon-Sanan-Ambon tidaklah banyak hanya Trigana air dengan pesawat fokernya dengan kapsitas begasi perorang 10 kg dan Susi air dengan pesawat super mininya (walaupun mini susi air ini begitu istimewa, dikarenakan pilot dan copilot yang mengendari pesawat ini super bening, sebening cristal water, menenangkan jiwa yang gemetar bagi yang paranoid akan ketinggian). Jadwal pesawat dan kapal pun tidak setiap hari ada, jadi jika sahabat bolang mau menjelajah Sanana harus rajin-rajin dan cermati jadwal Kapal atau pesawat yang menuju ke Sanana.
                Sanana adalah sebuah pulau yang subur penghasil kenari, kacang mete, kopi, pala, kopra dan hasil bumi lainya. Hal ini terlihat jelas dengan pegunungan yang menghijau, bukit-bukitnya rapat tertutup pohon kelapa yang berbaris bak tentara lagi upacara agutusan. Seperti yang dituturkan om Roy Udin, mayoritas mata pencariannya masyarakat Sanana adalah berkebun, bukan nelayan walaupun  pulau Sulabesi dipagari dengan laut yang menggoda iman. Pantas saja biota lautnya seperti terumbu karang masih sangat sehat serta ikan-ikan dan penyu pun masih super pemalu jika berjumpa para divers. Konon katanya masyarakat Sanana bukan pengkomsumsi ikan atau hasil laut lainya, dapat dimaklumi sich sepanjang perjalanan dari kota Sanana menuju Tanjung Waka, banyak ditemui sapi-sapi yang gemuk, sehat dan bersih siap untuk di komsumsi.
Lomba Dayung Festifal Tanjung Waka Photo Cridit Genpi Kepulaaun  Sula

                Setelah terbang 1 jam 40 menit membelah langit Maluku Utara, tentunya bersama kapten super cakep Susi air, kami (Pak Triss, B Susi, Oma Dwie,Amy dan aku) bernapas lega di teriknya matahari Sanana yang aduhai membakar kulit. Sanana kota yang sederhana khas kepulauan. Paling berkesan dari kota ini adalah saat harus mengantri ATM. Hanya ada dua ATM BRI dan Bank Maluku (yang ini rusak), walhasil kami pun turut mengantri di tengah siang bolong bersama warga Sanana. Terlucu adalah semua warga bisa ikut masuk ke bilik ATM yang super imut dan semua warga yang ada di dalam dapat tahu berapa saldo akhir tabungan kita...huaksss alamak satu kota satu pulau jika kita mengambil uang di ATM maka orang-orang yang di belakang kita akan bergosip ria akan kekayaan kita,,,uhukkk ketahuan dech miskinya...hehehe. Desa-desa di kepulauan sulabesi ini sungguh indah dan damai halaman depan rumah berbaris rapi dengan rumput menghijau dan dipagari bambu yang bercat biru (sepertinya satu pulau kompakan mencat pagar rumah dengan warna biru), sementara halaman belakang adalah laut biru nan luas seluas cakrawala yang membentang. Meski matahari begitu murah hatinya bersinar dengan cemerlang, tak menghalangi tumbuh-tumbuhan tumbuh subur di sepajang perbukitan. Perjalanan 1 jam 30 menit Sanana-Tanjung Waka dengan jalan turun naik, berkelok, kadang mulus kadang bergerigi membuat trip akhir tahun ini semakin berwarna.
                Tanjung waka adalah pantai pasir putih yang memanjang lebih dari 5 km memutari tanjung pulau Sulabesi, benar-benar tepat terletak di ujung pulau Sulabesi. Saat kami datang bertepatan dengan dengan festival budaya Tanjung Waka, sebuah festival dengan tujuan mulia untuk mengangkat pariwisata dan budaya Sanana dimata peloncong baik dalam maupun dari luar negri. Namun sayang disayang promosi yang kurang, tidak adanya kebudayaan yang khas dan unik Sanana, ditambah dana penyelenggaraan yang minim serta transportasi yang susah menuju Sanana, festival yang harusnya bisa bersanding dengan festival Jailolo ini sepi dari turis domestik maupun mancanegara. Patut di Apresiasi Genpi (Generasi Pesona Indonesia) yang di motori putra-putri terbaik Sanana berusaha mempersembahkan karya terbaik untuk negri yang eksotis ini. Asalkan Genpi mau menerima masukan dan terus belajar, insyaAllah Festifal Tanjung Waka satu massa akan menjadi besar dan tersohor.

                Festival Tanjung waka sendiri berlangsung selama 3 hari berturut-turut, diisi dengan acara tari-tarian dari setiap desa di kepulauan Sulabesi, dimana setiap penonton diminta untuk menyawer para penari yang tampil, sungguh penari-penari ini juara, mereka berangkat dari desa-desa nun jauh di pelosok pulau menggunakan ankutan desa berupa pick-up terbuka, tak terbayang betapa keringat membajiri badan, berbalut baju-baju adat, bermake-up ala aktris papan atas, bukan hal yang mudah dengan kondisi alam yang super panas dan menyengat. Namun salut pada masyarakat yang tetap semangat 45 mensukseskan acara Festival ini. Selain tari-tarian ada juga perlombaan dayung, tarik tambang di laut, fun dive dan lomba photo baik di darat maupun di bawah laut dan tak ketinggalan festival kuliner,,,nach yang satu ini yang dinanti, namun aku harus gigit jari melihat stand-stand yang semuanya berisikan makan kering, padahal aku sudah membayangkan akan menikmati makanan khas Sula Maluku Utara.
                Sungguh semamput aku dipaksa duduk manis di bawah tenda biru, dengan udara panas karena sengatan matahari plus dengan kerubunan orang-orang yang menyemut. Akan lebih baik festival ini diadakan sore hari sekitar pukul 3 sore sampai matahari terbenam, dimana waktu menjelang senja adalah waktu romantis bersama keluarga, kekasih dan sahabat dan utamanya matahari tak lagi diatas kepala.Satu lagi PR besar untuk panitia adalah menjaga masyarakat pengunjung untuk tetap membuang sampah pada tempatnya. Miris ketika kantong kresek, minuman kemasan bertebaran di pantai juga laut yang tadinya bersih dan indah ternodai dengan ambisius manusia. Terlepas dari semua kekurangan penyelengaraan festival Tanjung Waka Sanana Maluku Utara, Om Udin beserta timnya telah memberikan pelayanan terbaik bagi kami yang berkunjung ke Sula selama 4 malam 3 hari, trip diving yang memukau (baca artikel : Pesona Tersembunyi Taman Laut Sanana Maluku Utara). Masyrakat  yang ramah dan kebaikan hati Bapak Bupati Sanana "Hendrata Thes" yang memberikan kami penginapan gratis di Istana Daerah Sula, miniaturnya Istana Negara merupakan bonus yang takan terlupa dari Kepulauan Sulabesi yang patut di kunjungi. Dan tak ketinggalan terimaksih untuk gadis manis Sisi yang menginspirasi,  tak gentar dan berjiwa besar walau badai melanda.
               

Bupati Kepulauan Sula  Hendrata Thes
Ini lho Alam tanjung Waka yang super cantik

Suatu pagi di Tanjung Waka

Asli Pilotnya bikin susah move on

Bandara Sederhana dan Hot

Peserta Fun Dive




Komentar

  1. Coin Casino Review ᐈ Welcome Bonus up to € 500
    The Coin 카지노사이트 Casino Review: No deposit bonus codes, free spins, 바카라 사이트 no deposit bonuses for 2021. The online casino offers the best 인카지노 games and offers a wide range of payment methods. Rating: 9/10 · ‎Review by Casinoowed.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURUG TUJUH SUBANG

CATALINA Si Angggun yang Tertidur Di Birunya Perairan Biak Papua