JEJAK SEJARAH DI KEPULAUAN BANDA NAIRA
Benteng Belgica dan Gunung api banda naira |
Dua hari berturut-turut cuaca muram dan tak bersahabat, rencana diving 3x sehari pun jadi berubah total cukup 2 x saja sehari. Itupun sebelum jam 1 siang harus sudah beres, walhasil selama liburan jam 7 pagi harus sudah bangun dan jam 8 pagi harus sudah ada di kapal Naira dive, bila tidak mau ketinggalan. (@_@)""""Berasa kerja rasanya...yang tadinya niat mau leye-leye, mala seperti kerja kantoran. HALA""""'
Namun semua pasti ada hikmahnya, jam 3 kami sudah rapi di kamar masing-masing. Mala bingung mau melakukan apa???, di kamar saja boring, menatap Gunung api yang menjulang terus, ntar di kira stress,,hikksss resiko Solo Travelling.
Beruntung Pulau Naira, kota yang cantik, imut, penuh cerita masa silam. Jadinya 2 hari pertama, sepulang dive rencananya adalah "TOUR OF CITY" hehehehe biar keren,,,,(semoga bahasa ingrisnnya ga salah). Cukup berjalan kaki saja, berpayung awan hitam tebal, hampir semua jejak-jejak sejarah aku kunjungi. Bak seorang sejarawan, atau wartawan rasanya. Penyambutan yang ramah dari setiap penjaga gedung bersejarah di Naira, membuat betah tanya sana-sini tentang sejarah Kepulauan Banda Naira.
Kota Naira sendiri adalah pulau kecil terletak sangat dekat dengan gunung api Banda, kontur tanah yang cenderung datar membuat pulau kecil ini cukup padat oleh perumahan penduduk dari beraneka suku di indonesia. Karena penduduk asli Naira sendiri kabur saat jaman Belanda ke pulaaun seram dan key. Namun kebun-kebun pala mala tidak terdapat di pulau kecil ini. Kecil-kecil cabe rawit begitu rasanya yang tepat untuk Kota Naira yang berumur sudah sangat tua 5 abab. Pada jaman penjajahan Belanda, Naira sempat menjadi pusat pemerintahan Belanda di Indonesia sebelum Batavia. Terbukti dengan adanya "Istana Mini" sebuah gedung serupa Istana Merdeka di Jakarta. Istana mini dibangun di depan laut yang punya akses langsung ke dermaga khusus bagi para petinggi VOC. Di salah satu kamar depanya tertukir pesan berbahasa perancis dari seorang tawanan VOC yang bunuh diri. Di ruangan utama, terdapat bolongan tembok yang dulunya tempat penyimpanan dokumen-dokumen penting VOC. Bolongan tembok ini tak dapat di tambal atau ditutup, menurut Penjaganya, material dari bangunan istana mini berbeda dengan materi bangunan sekarang, makanya bolongan di tembok tidak dapat ditutup. Waktu jaman VOC bolongan ini ditutup dengan sebuah lukisan. Benda-benda berharga di Istana mini ini sudah raib pergi bersama camat-camat yang berkuasa di Naira. Dulu Istana mini di jaikan rumah dinas camat, namun karena setiap habis masa jabatan, setiap kali itu pula barang-barang bersejarah peninggalan VOC , seperti lampu-lampu kristal. barang-barang pecah belah, lukisan, meja kursi, temat tidur, ikut di bawa pergi. <#-#>""""
Naira memang sebuah kota modern dahulunya, terlihat jelas dengan struktur jalan yang tertatah rapi dan mulus. Rumah-rumah penduduk bergaya kolinial rapi tersusun di sepanjang jalan. Rumah pengasigan tokoh-tokoh besar seperti Bung Hatta, Bung Syahrir, Bung Iwa kusuma, dr. Cipto Magunkusumo, Captain Christoher Cole, Masih Mega dan kokoh berdiri, rapi, bersih dan terawat. bahkan sangat salut perlatan rumah tangga masih lengkap, lukisan-lukisan kisah hidup perjalanan Tokoh-tokoh nasional pun rapi berjejer di dinding rumah masing-masing. Tak ketinggalan rumah budaya, yang terletak di samping rumah Syahrir, di sini banyak terdapat barang besejarah dan lukisan perjuangan rakyat Banda. Yang membanggakan adalah para penjaga Bangunan-bangunan tersebut. Para penjaganya begitu cinta akan pekerjaan, mereka ikhlas walau di gaji kecil, bahkan sampai merogok kocek sendiri untuk biaya pemeliharan gedung,,,salutttttt untuk Pahlawan penjaga sejarah ini. (*_*)
Di Naira terdapat dua buah benteng yang masih kokoh dan utuh berdiri pertama Benteng Belgica yang di bangun abad ke 16 M oleh Portugis. Dikala Belanda masuk, oleh VOC, selain sebagai pertahanan, benteng Belgica juga berfungsi memantau lalu lintas kapal dagang di perairan Banda. Benteng Belgica mempunyai 4 menara di setiap sudutnya, sebuah tempat yang elok menikmati kota Naira beserta gunung api dan laut yang membentang. Yang kedua adalah Benteng Nassau dibangun pada tahun 1608. Pada tahun 1621 di benteng ini
pernah dilakukan pembantaian untuk 44 orang terkaya dan berpengaruh di
Banda, di kenal dengan Parigi Mati. Benteng ini terletak tak jauh dari Benteng Balgica. Bahkan ada lorong tembus antara benteng Belgica dan Benteng Nassau.
10 jempol atau semua bintang di gugusan tata surya ini untuk Bapak penjaga Benteng, sungguh pekerjaan yang mulia, Beliau merawat Benteng bak sperti rumah nya sendiri. bersih, tak ada coretan-coretan iseng di dinding benteng, halaman dengan rumput hijau terpangkas rapi, bahkan tak satupun sampah berserakan...bunga-bunga bougenvile merah ranum bermekaran...Cantik sekali, Terimaksih para penjaga gedung bersejarah, para pilar penjaga sejarah bangsa. ga hanya itu saja bahkan Mereka hapal dan fasih menceritkan sejarahnya Banda Naira...cuma satu kata SALUTTTT DAN BANGGA.
Rasanya lengkap berkunjung ke Banda Naira dapat seneng-seneng nya, bermain di kedalaman laut Banda, dapat ilmu sejarah nya,,dan yang paling berharga dapat pelajaran hidup dari para penjaga pilar sejarah yang bekerja tanpa pamrih. Satu yang belum kesampain, melihat pohon pala,,hmmmmm semoga waktu berpihak pada ku, membawa aku balik ke Banda Naira, untuk mencintai negeri kecil ini dengan segenap hati.
kamar tidur bung Hatta |
Dinding bolong diistana mini |
mariam di sitana mini |
di salah satu sisi kaca terdapat pesan singkat berbahasa perancis |
pintu gerbang Naira |
Komentar
Posting Komentar