NAIK-NAIK KE PUNCAK GUNUNG API BANDA NAIIRA

 
Dipuncak gunung api banda bersam Arie & Ul
Bicara soal Banda Naira otomatis gunung api Banda yang letusan terakhirnya di bulan Mei 1988 akan melekat erat bagai perangko. Banda Naira tanpa sejarah dan gunung api maka akan menjadi pulau yang semakin susah dijangkau dan dijamah. Ke dua faktor ini yang membuat nama Banda Naira tak asing di kalangan turis manca negara terutama negara eropa.

Berkunjung ke Banda Naira belumlah lengkap bila tak mendaki gunung api Banda setinggi 670 m diatas permukaan laut. Dari pulau Naira sendiri untuk menyeberang ke pulau gunung api hanya membutuhkan waktu 10 menit, mengunakan katiting semacam perahu kecil dengan maximal muatan 3-4 orang. Waktu terbaik untuk mendaki menurut penduduk sekitar setelah subuh, waktu aku tanya kenapa?? mereka kompak menjawab "PANAS', tinggallah aku yang terheran-heran, secara di otak ku terpatri yang namanya gunung itu pasti udaranya adem, sejuk dan nyaman,,,,
 
Jepretan Ul memank juara di puncak Gunung api banda
Hari ke 4 aku di Banda Naira, kuputuskan bergabung bersama Arie dan Ul yang akan mendaki gunung api banda jam 5.30  pada tgl 27 desember 2014. Ragu sempat menerpaku, walau hati kecil sangat ingin menginjakan kaki di puncak tertinggi Kepulauan Banda, namun alarm otak ku berdering keras, mengingatkan akan fisik ku?? mampu ga ya???? bisa ga sampai puncak?? apa nanti ga nyusahin Arie dan Ul???,,,berulang-ulang pertanyaan itu berdengung di telinga ku. Sejak menatap gunung api dari jedela kamar ku, rasanya gunung api ini selalu menggoda ku untuk mampir ke pulaunya,namun lagi-lagi pertanyaan itu yang membuat nyali ciut. Berkat Arie dan Ul anak muda ambon, pendaki gunung sejati lah, yang membuat aku percaya diri dan 100% yakin aku BISA, aku harus kuat untuk menapaki setiap tanjakan gunung api yang elok hijau menjulang ini. Semangat, dorongan dan motivasi dari Arie juga Ul baik malam sebelum berangkat sampai sepanjang perjalanan mendaki, membuat aku semangat 45. rasanya berjuta terimaksih untuk Arie dan Ul saja tak cukup.
 
Pulau Naira dan Banda dairi atas Puncak Gunung api banda
Jam 4.30 aku sudah terjaga, walau berusaha untuk tidur lagi tetap saja mata ini tak mau bersahabat. Seperti biasa jam biologis ku, bila ada tujuan dan semangat, ga perlu pake alarm, aku pasti akan bangun lebih pagi menanti rencana yang sungguh buat aku sendiri seperti mimpi. Lamanya rasanya menanti azan subuh berkumandang, tak sabar berjumpa Arie dan Ul, untuk memulai ekspedisi pendakian pertamaku. Terakhir aku mendaki gunung malayang di JatinanangorJawa barat dan itupun sudah teramat lama lebih kurang 10 tahun silam. satu saja pinta ku saat doa subuh, Semoga ga merepotkan Arie dan Ul yang sudah senior.
Setelah berkemas dan membawakan bekal seperlunya seperti anjuran Arie dan Ul, semangat berapi-api, aku meninggal kan hotel Maulana, yang 100% tamu-tamunya pasti masih terbuai mimpi indah.  Beruntung salah satu petugas hotel sudah bangun, maklum saat itu waktu menunjukan pukul. 5.25 wit. Heran si Bapak mendengar sapa selamat pagi ku, terlebih saat aku utarakan niat untuk mendaki gunung api Banda.  Kontan beliau bertanya " Mendaki bersama siapa mbak?". Dengan menggebu aku menjawab : "bersama 2 teman dari ambon Pak, mereka menginap di kamp. baru di rumah saudaranya"..."OOOO,,,hati-hati kalu begitu mbak, selamat jalan" sembari membuka kan pintu gerbang untuk ku.
Sang Merah putih

20 menit menanti kedatangan Arie dan Ul,di perempatan pasar Naira. Rasanya aneh juga di kota orang yang masih pada tidur, aku termenung-menung sembari tak sabar menunggu Arie dan Ul yang masih dalam perjalanan menuju titik pertemuan kami. Akhir nya 2 sosok bayanga hitam muncul  juga di ujung jalan, lega. tak berlama-lama kami menuju dermaga katinting, yang aksesnya melewati lorong-lorong rumah warga. Masih tampak sepi, belum satupun terlihat katinting yang pakir bersama drivernya, ola..laa..laa, kami kepagian rupanya. Namun tak sampai 5 menit, muncul bapak tua yang menyapa kami, "Mau keseberang ya? mari naik di sebalah sini",,,Bergiliran kami naik ke katinting,,,lagi dan lagi transportasi yang selalu buat aku merindu akan indonesia timur. Baik, di Wakatobi, Alor, Raja ampat,, akan sangat banyak bertemu katinting. Semberaut merah jingga menghiasi langit timur Banda mengantarkan kami di pagi yang damai menuju pulau gunung api. Setelah mengucakan terimaksih dan membayar jasa si bapak katinting dengan tarif amat murah Rp. 2000,- (padahal resikonya besar menyeberang lautan terdalam di indonesia ) <*_*>
 
Di Teriknya mentari dan terpaan badai aku tetap mekar dan cantik
Pendakian pun di mulai, belum apa-apa tanjakan curam sudah menanti di depanku...hmmmm...Ahh cuma satu kata "CEMUNGUTTTTTT" <@_@>, beruntung diawal, jadi stamina pun masih 1000% okey.  Awal pendakian di warnai jalan setapak dengan pohon-pohon besar dan rindang dan mentari yang masih bersembunyi di ufuk timur. Jalanan menanjak terus, jarang menemukan permukaan landai yang memanjang. arie berjalan di depan agak jauh meninggalkan ku dan Ul. Dengan sabar Ul selalu mengingatkan ku, "PELAN_PELAN SAJA Mbak, kalu cape istirahat". 30 menit berlalu, BERAT walau hanya membawa sebuah ransel berisi 1 liter air mineral dan 3 buah apel plus 1 batang silverqueen. Pepohon tinggi pun mulai berganti pohon-pohon kurus dan kerdil namun masih setinggi orang dewasa beserta pakis juga angrek hutan yang mempesona. 
 
waktunya turun menelusuri tanjakan curam
1jam berlalu, rasanya belum juga terlihat tanda-tanda puncak...halaaaaaa.....CEMUNGUTTTTTT. Kata staf hotel Maulana sich, kalau yang sudah biasa mendaki hanya di tempu dalam waktu 1 jam saja....sungguh "SUPER", begitulah sepanjang jalan yang ada di otak ku. Semakin ke atas semakin curam semakin tanjakannya menggila, tumbuhan pun berganti rupa, hanya perdu dan pakis setinggi betis orang dewasa. memandang ke belakang pulau naira dan banda begitu elok dan cantik, terlebih bertemakan laut biru dan langit biru. Tiba-tiba gerimis menyapa kami, sibuk kami mengamankan handphne dan camera. dengan Manis Arie menawarkan membawa ransel ku....WUAAAAAA...lagi dan lagi terimakasih, untuk 2 cowok keren ini. Jalanan setapak menuju puncak mulai sempit, bakan hanya muat satu orang, membentuk sebuah parit. Terbayang oleh ku, bagai mana kalau pendaki yang berbadan subur alias gemuk???,,1jam 45 menit terlihat juga puncak gunung api BandaNaira, Merah putih berkibar dengan anggun di birunya langit sendiri diantar pakis-pakis kerdil dan bebatuan. Senang rasanya, di benak ku tak sampai 10 menit lagi, ternyata oh ternyata,,masih butuh energi ekstra untuk sujud syukur, diatas puncak Gunung api. 
plank informasi ttentang Gunung api

Alhamdulillah 2 jam 10 menit aku menginjakan kaki, di puncak tertinggi kepulaun Banda,,WOW,,,Tak terbayangkan, tak terlukis rasanya, SUNGGUH NIKMAT MU YANG MANAKAH KAN KU DUSTAI???. Bermiliyaran terimaksih untuk sang Pencipta, untuk Arie dan Ul, yang sudah sangat sabar dan motivator terbesar selama pendakianku,,,sungguh Tanpa Sang Maha Kuasa dan kalian berdua, aku belum tentu bisa. INDAH..CANTIK..bahkan lebih dan lebih, pulau Naira, pulau Banda jelas terlihat,,Sang Maha Pencipta itu MAHA SEGALANYA. Di puncak kami menghabiskan waktu 1 jam lebih untuk melepaskan lelah dan menanti cuaca cerah mengambil moment terindah dari kepulaaun Banda. Puncak gunung api sendiri terdapat duah buah kawah yang tak seperti di pulau jawa, kawah gungung yang cair dan asap yang mengepul. kawah nya kering dipenuhi rumput-rumput kecil dan bebatuan yang menghitam, di sela-sela bebatuan keluar asap. Bahkan sekedar duduk saja tak berasa pantat menjadi panas, coklat ku pun melumer.
Puncak tertingginya di seberang kawah, saat mendaki berasa mudah saja, namun saat sampai si puncak kaki ini otomatis bergetar, melihat kebawah sisih adalah jurang teramat tinggi meluncur langsung menuju laut banda di mana spotdive lava flow berada. Hiksssss <#__#>""" kerdil dan ciut nyali ini di buat NYA. Menuruni puncak ini aku mengunakan jurus suster ngesot,,ternyata jurus itu Gatot, alias gagal total. Ternyata permukaan tanahnya panas, Ul, dengan sigap teriak,"Hayoo Mbak, tiru saya berjalan, jangan seperti itu!!!"..
 
narsis di puncak
Setelah stamina kami pulih dengan susu milo buatan Ul yang super ENAKKK, dan mentari pun semakin garang menyinari kami, bergegas kami melanjutkan perjalanan turun. Perjalanan turun ternyata lebih berat dari pada mendaki, sama lamanya 2 jam lebih waktu yang di butuhkan untuk sampai di kaki gunung. Sengatan mentari yang tak kenal kompromi, tanjakan yang curam, minimnya pohon-pohon rindang, membuat tenaga ku terkuras.  Baru aku sadar kenapa dianjurkan mendaki puncak di pagi Hari,,ternyata oh ternyata,,Sengatan Mentarinya ADUHAIIIII.
Sepanjang jalan aku hanya berharap  cepat bertemu gerombolan pohon rindang. Dan sepanjang perjalanan turun pun rasa nya aku mimpi, aku nekat dan aku gila,,,bisa-bisanya aku mendaki gunung yang tanjakannya SUPER dengan cuaca super panasssss. <#__#>"""
Cidera lutut ku mulai kambuh kembali, semakin lambat aku melaju turun, sabar Arie mengawal ku. Beberapa kali aku terjerembab jatuh..Mendaki dan Menurun sama perjuanganya,,,berasa lama waktu berjalan, berasa jalan tanpa berujung.
apel & arie

Aku salut dengan para pendaki yang berjumpa saat kami turun dengan semaput, mereka mau mendaki dikala matahari bersinar terik, Luar biasa, semangat juang mereka. Kebayang ga hanya tanjakan curam yang harus di tahklukan, namun sengatan mentari yang panas nya buat kepala migren pun menjadai hambatan menuju puncak. Sempat aku berpikir, seandainya kami mendaki jam 10 pagi seperti mereka, pasti aku tak akan pernah sampai ke puncak. 
Akhirnya sampai juga di tempat yang aku nantikan pondok rindang pelepas peluh yang bercucuran. Cukup lama kami beristirahat di sini, sebelum melanjutkan ke pulau Naira, untuk menyantap makan siang kami yang sudah terlukis jelas di otak ku...Pesan jus pala dengan es batu yang banyak...dan ikan bakar plus sambal colo-colonya...ARGGGGGHHHH

Bagai kala perang kami bertiga bagai mandi keringat meyerbu cafe delfika, sebuah restoran super moderen di kota Naira. Bergelas-gelas jus kami pesan. Beruntung ini di Naira kota kecil nan sepi, jadi penampilan kami yang urakan juga bau parfum alami, bak gembel nyasar ke tempat elite yang sepi pengunujung di kala siang.  kalap kami menghabiskan semua pesanan makan siang yang super leazat dan istimewa..hmmmm YUMMY. <*__*>. 
Tak bosan dan berjuta-juta terimakasih untuk Arie dan Ul teman seperjuang, rindu ngebolang bersam 2 cowok super cool ini. Tanpa mereka kisah petualangan ku di Banda Naira pasti tak seindah warna pelangi.

 
sehabis mendaki

menu super yummy

in action Arie

Narsis nya Ul sang juru poto



 




 

Komentar

  1. Ane juga punya niat tuh buat explorer gunung api banda, hemm cuma belum tau aja kapan timing yg pas

    BalasHapus
  2. Darwisyahani,,,wajib ke Gunung api Banda Naira...super cantik view dan perjuangannya berbanding lurus
    semoga tercapai impiannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CURUG TUJUH SUBANG

CATALINA Si Angggun yang Tertidur Di Birunya Perairan Biak Papua

CATATAN KECIL FESTIVAL TANJUNG WAKA SANANA MALUKU UTARA